Jumat, 29 September 2017

Candi Sewu, Menghayati Makna Toleransi Warisan Leluhur

Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah
Menikmati Sunset Candi Sewu Klaten, Jawa Tengah
Wisatawan sedang menikmati keindahan sunset di Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
    
Terletak 800 meter di utara kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, keberadaan Candi Sewu yang bercorak Buddha berdampingan dengan Candi Prambanan yang bercorak Hindu menujukkan adanya toleransi beragama yang tinggi saat itu. Candi Sewu juga menjadi karya agung peninggalan peradaban Kerajaan Mataram Kuno yang diakui oleh UNESCO.
Candi Sewu merupakan candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-8 masehi pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran (746-784), raja termahsyur dari Kerajaan Mataram Kuno. Berdasarkan Prasasti Kelurak tahun 782 dan Prasasti Manjusrugrha tahun 792 yang ditemukan pada tahun 1960, nama asli Candi Sewu adalah “Prasada Vajrasana Manjusrigrha”. Istilah Prasada bermakna kuil, Vajrasana bermakna intan bertahta, sedangkan Manjusri-grha bermakna rumah Manjusri.
Kompleks Candi Sewu terdiri dari 1 candi utama, 8 candi apit, dan 240 candi perwara (candi pendamping). Bangunan candi utama memiliki ukuran diameter 28 meter dengan tinggi 30 meter, ruang Garbhagriha besar pada poros tengah candi, dikelilingi empat kamar kecil yang menjorok keluar. Masing-masing memiliki tangga dan dimahkotai susunan stupa. Di setiap pintu penjuru mata angin dijaga 8 patung Drawapala.
Keberadaan Candi Sewu yang dibangun tidak jauh dari Candi Prambanan menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu umat Hindu dan Buddha di tanah Jawa hidup berdampingan dan harmonis. Rakai Pikatan seorang pangeran dari dinasti Sanjaya menikahi Pramodhawardhani dari dinasti Sailendra. Setelah dinasti Sanjaya berkuasa rakyatnya tetap menganut agama sebelumnya.
Pemandangan di kompleks Candi Sewu sangat mempesona, kamu bisa menikmati kemegahan bangunan candi di bawah pohon yang rindang. Semilir angin yang bertiup membuat kamu enggan untuk beranjak. Duduklah di bangku taman, sambil sesekali berswafoto dengan latar candi.
Pesona Candi Sewu juga bisa kamu nikmati pada sore hari. Menjelang senja, sinar emas mentari yang menerobos di sela-sela bangunan candi mencipta suasana magis. Jika berkunjung pada saat senja, kamu akan mendapatkan pemandangan matahari tenggelam yang indah dengan bangunan candi sebagai latar depan.
Candi Sewu
Candi utama di kompleks Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)

Aktivitas Yang Bisa Dilakukan di Candi Sewu

  • Bersepeda
    Menikmati Taman Wisata Candi Prambanan tak cuma dengan berjalan kaki menyusurinya saja. Bagi kamu yang suka bersepeda, kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menikmati kesegaran mata dan suasana Taman di Candi Sewu pada pagi atau pun sore hari. Kamu bisa bersepeda di sekitar taman atau mengelilingi daerah sekitar Candi Sewu yang masuk dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan kemudian dilanjutkan dengan mengelilingi candi-candi terdekat seperti Candi Bubrah dan Candi Lumbung.
  • Photo Session
    Pepohonan di sekitar candi yang besar dan asri ini menjadi tempat favorit untuk hunting foto. Bagi kamu penikmat fotografi, pepohonan yang berjajar rapi membetuk garis akan menarik perhatianmu untuk menjadikannya latar belakang foto. Kamu yang hobi berselancar di sosial media bisa langsung meng-upload foto selfie kamu. Langit biru saat pagi akan terlihat indah dipadukan dengan bangunan candi yang kontras, begitupun langit jingga kala senja. Keduanya bisa kamu pilih untuk mengambil gambar terbaik.
  • Belajar Sejarah dan Budaya
    Candi Sewu merupakan salah satu situs dunia yang dijadikan referensi untuk belajar sejarah kerajaan Buddha di Indonesia setelah Candi Borobudur. Berbagai relief yang menjadi simbol agama ini memberikan pelajaran sejarah penting tentang kehidupan dimasa Dinasti Sailendra. Keberadaan Candi Sewu yang tak jauh dari Candi Prambanan juga menunjukkan tolerasi beragama saat itu.
  • Mengunjungi Museum Candi Sewu
    Jika kamu mengunjungi Candi Sewu tak lengkap jika tidak mengunjungi Museumnya. Museum Candi Sewu bercerita tentang proses pemugaran sebuah candi, sampai saat ini upaya pemugaran telah berhasil memugar satu candi induk, Candi Apit dan beberapa Candi perwara. Candi yang belum dipugar masih sekitar 200 candi.
    Letak  Museum yang berada di utara Kompleks Candi Sewu tersebut dilengkapi dengan ruang audio visual. Kamu dapat menggali pengetahuan tentang candi-candi yang terletak di kawasan lereng Prambanan melalui film yang di putar.
  • Menonton Sendratari Ramayana Prambanan 
    Setiap hari Selasa, Kamis, dan Jumat, akan dilangsungkan pagelaran Sendratari Ramayana di kompleks Taman Wisata Candi Prambanan. Pertunjukan ini memadukan seni tari, drama, dan musik jawa. Meski tanpa ada dialog antara pemainnya, kamu tetap bisa mengikuti jalan cerita Ramayana. Pagelaran kolosal nan indah ini dimulai pada pukul 19.30 – 21.30 WIB. Pada musim kemarau pertunjukan akan dilangsungkan di open theater, namun pada musim penghujan pertunjukan dilaksanakan di Gedung Trimurti. Tiket untuk menyaksikan Sendratari Ramayana berbeda dengan tiket masuk Candi Prambanan. Pastikan pertunjukkan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun ini masuk dalam daftar kunjunganmu ke Yogyakarta.

Lokasi dan Akses Candi Sewu

Candi Sewu terletak di kompleks Taman WisataCandi Prambanan, secara administratif berada di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Lokasinya tepat di tepi Jalan Candi Sewu, 800 meter ke arah utara jalan Jogja-Solo. Dari arah kota Jogja kamu bisa naik bus transjogja jalur 1A dan 2A kemudian turun di halte Prambanan dan dilanjutkan dengan jalan kaki atau naik becak. Sedangkan jika datang dari arah timur (Solo atau Klaten) kamu bisa naik bus arah Yogyakarta dan turun di Terminal Prambanan. Pintu masuk Candi Sewu terpadu dengan tiket masuk kawasan Taman Wisata Candi Prambanan.

Jam Buka Candi Sewu

Candi Sewu buka setiap hari mulai pukul 06.00 WIB – 17.00 WIB
Tiket Masuk Candi Sewu
  • Wisatawan Domestik Dewasa: Rp 30.000
  • Wisatawan Domestik Anak: Rp 12.500
  • Warga negara asing: USD $18
  • Untuk reservasi tiket dan informasi lainnya bisa menghubungi nomor (0274) 4596401

Tempat Wisata di Sektiar Candi Sewu

  • Candi Prambanan
    Candi Prambanan yang diakui UNESCO sebagai salah satu warisan dunia memiliki daya pikat lain bagi para wisatawan. Candi ini terdiri dari tiga candi Trimurti agama Hindu, yaitu Candi Siwa dengan candi pendamping bernama Nandini, Candi Brahma dengan candi pendamping Angsa, dan Candi Wisnu dengan Garuda sebagai candi pendamping. Tak hanya itu, masih ada beberapa candi lainnya seperti 2 candi apit dan 4 candi sudut. Halaman kedua dari kompleks ini terdiri dari 224 candi.
  • Candi Plaosan
    Candi Plaosan hanya berjarak sekitar 2 km arah utara Candi Prambanan. Candi ini dilingkupi kawasan persawahan dan ladang, sehingga suasananya sangat asri dan sejuk. Candi Plaosan dibangun sebagai tanda cinta Rakai Pikatan kepada permaisurinya, Pramodyawardani. Kompleks Candi Plaosan terbagi menjadi dua kelompok, yakni Plaosan Lor dan Plaosan Kidul. Mengunjungi candi yang dikelilingi lapangan rumput yang cukup luas ini akan memberimu pelajaran baru tentang makna toleransi dan cinta yang abadi. Di salah satu sudut terdapat pohon besar yang akarnya membelit batuan candi, sepintas mirip dengan suasana di Angkor Watt.
  • Candi Sojiwan 
    Candi Sojiwan terletak di Desa Kebondalem Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, tak jauh dari lokasi Candi Prambanan. Arsitektur candi ini cukup unik karena memadukan arsitektur Candi Hindu dan Candi Budha. Di dinding Candi Sojiwan terdapat beragam relief cerita binatang atau fabel yang sangat menarik. Candi ini dikelilingi taman dan tanah lapang yang ditumbuhi rumput hijau segar, sehingga cocok dijadikan lokasi piknik bersama teman atau keluarga. Berhubung baru saja selesai dipugar dan dibuka sebagai tempat wisata pada tahun 2011, candi ini belum begitu dikenal masyarakat. Namun justru disitulah asyiknya, kamu bisa menemukan suasana yang damai dan tenang saat mengunjungi candi ini.
  • Istana Ratu Boko
    Berdiri dengan gagah di pinggang perbukitan Prambanan, Istana Ratu Boko menjadi salah satu tempat menarik untuk menyaksikan senja di Yogyakarta. Bangunan istana ini kini hanya menyisakan gerbang-gerbang megah di atas bukit dan kolam-kolam pemandian. Meski begitu kompleks Istana Ratu Boko tetap menjadi destinasi favorit para pejalan dan menjadi salah satu destinasi wajib menikmati suasana matahari tenggelam di Yogyakarta.
Candi Sewu Klaten, Jawa Tengah
Patung yang terletak di pintu masuk menuju candi utama Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Komplek Candi Sewu
Kompleks Candi Sewu. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Menikmati Candi Sewu
Seorang wisatawan sedang menikmati kompleks Candi Sewu. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Pemandangan Candi Sewu
Pemandangan Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Wisatawan Candi Sewu
Wisatawan Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Mengabadikan Candi Sewu
Seorang wisatawan Candi Sewu sedang mengabadikan kemegahan bangunan candi. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Sumber Hendra Nurdiyansyah
I'm a photojournalist and travel enthusiast.

Pasar Gede Hardjonagoro, Kelindan Budaya dan Petualangan Rasa

Jl. Urip Sumoharjo, Jebres, Solo, Jawa Tengah
Pasar Gede, Solo
Seorang pengunjung sedang melintas di depan Pasar Gede, Solo. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)
    
Pasar Gede Harjdjonagoro bukan hanya menjadi bandar niaga yang memutar roda perekonomian warga, namun pasar ini juga menyimpan memori kolektif sejarah Kota Solo di masa lalu. Kini di pasar terbaik di Jawa Tengah ini kamu bisa melakukan petualangan rasa dengan mencoba aneka kuliner nan lezat.
Terletak di jantung kota Solo, tak jauh dari gedung balaikota,  Pasar Gede Hardjonagoro berdiri dengan gagah. Meski usianya sudah mendekati satu abad, pasar yang dibangun dengan memadukan unsur budaya Jawa, Belanda, dan Tiongkok itu masih tetap berdiri kokoh dan megah. Dinamakan “Gede” lantaran bangunannya menyerupai benteng dengan pintu masuk seperti sebuah istana yang beratap besar dan lebar. Sementara Hardjonagoro diambil dari nama seorang keturunan tionghoa yang mendapat gelar KRT Hardjonagoro dari Keraton Surakarta.
Sejak pertama dibangun pada 1927 dan selesai pada 1930, pasar yang bangunannya dirancang oleh arsitek Belanda bernama Thomas Karsten ini menjadi pusat perdagangan antara masyarakat pribumi, Tiongkok, dan Belanda. Selain itu Pasar Gede juga menjadi simbol akulturasi dan sebuah melting pot kebudayaan masyarakat Solo pada waktu itu. Di tempat ini beragam budaya berkelindan menjadi kesatuan harmoni yang indah.
Tak jauh dari pasar tertua di Kota Solo ini terdapat pemukiman warga Tionghoa lengkap dengan bangunan klenteng tertua di Solo, Klenteng Tien Kok Sie. Pada setiap perayaan imlek, kawasan Pasar Gede disulap menjadi tempat yang menarik dan penuh lampion laksana negeri Tirai Bambu sehingga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Solo.
Berbeda dengan Pasar Beringharjo Yogyakarta yang dikenal sebagai sentra batik, Pasar Gede adalah pasar kebutuhan pokok alias sembako. Karena itu jika kamu ingin mencari oleh-oleh berupa aneka batik lucu, kamu jangan datang ke pasar ini. Di pasar dua lantai ini yang ada hanyalah pedagang aneka kebutuhan pokok, sayuran, buah, daging, serta aneka jajanan pasar yang menggiurkan.
Bagi pencinta kuliner tradisional, Pasar Gede menjadi salah satu alternatif utama untuk berburu kuliner khas Solo seperti nasi liwet, timlo. pecel, aneka oseng-oseng, dawet, kerupuk rambak, karak, intip, dan jajanan pasar lainnya. Meskipun manjadi pusat perdagangan di Solo, pasar dengan luas lebih kurang 4.000 m2 ini terlihat sangat rapi dan bersih. Pasalnya, selain menjadi tempat jual beli, Pemkot Solo menjadikan Pasar Gede sebagai salah satu tujuan wisata asing maupun domestik.
Pasar Gede, Solo Bagian Depan
Becak sedang melintasi kawasan Pasar Gede, Solo. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)

Aktivitas Yang Bisa Dilakukan di Pasar Gede

  • Wisata Kuliner
    Pasar Gede kaya akan kuliner dan jajanan pasar yang khas. Aneka rasa bisa kamu dapatkan disini, mulai dari rasa manis, asam, gurih, bahkan pahit. Penjual jajanan biasa menggelar dagangannya di samping pemilik ruko sembako. Deretan makanan berat hingga jajanan seperti nasi liwet, timlo, pecel, kembang gempol, jenang, klepon, rambak, keripik paru, dan lainnya siap menggoyang lidah para pencinta kuliner nusantara. Soal harga tentu saja jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga makanan di kafe. Namun soal citarasa dijamin juara. Biasanya mereka yang berdagang disini mendapatkan resep secara turun-temurun sehingga rasanya khas. Tak hanya jajanan pasar, jika kamu ingin membeli aneka buah juga tak perlu beranjak ke tempat lain. Di Pasar Gede ini ada blok khusus bagi para penjual buah-buahan, baik buah lokal maupun impor.
  • Hunting Foto
    Hiruk pikuk aktivitas Pasar Gede setiap harinya menjadi hal unik yang bisa diabadikan dalam lensa, khususnya foto-foto bertemahuman interest. Kamu bisa mengambil gambar di depan pasar ini atau dibagian latar sebelum pintu masuk pasar. Spot ini sangat cocok bagi pencinta foto mengambil anglebaru atau bagi wisatawan yang ingin mendapatkan sensasi di depan Pasar Gede. Bangunan khas pasar ini dipadankan dengan Klenteng Tien Kok Sie akan membuat sebuah gambar yang memiliki nilai cerita yang berbeda
  • Menonton Beragam Pagelaran dan Festival
    Pasar Gede merupakan landmark Kota Solo yang berada tepat di jantung kota. Hal ini membuat pasar ini menjadi salah satu tempat dilangsungkannya sejumlah event kebudayaan di Solo. Salah satunya Gerebeg Sudiro yang digelar tiap jelang perayaan Imlek. Ketika Imlek tiba, Pasar Gede akan penuh dengan lampion sebagai tanda tahun baru akan segera datang. Pesta lampion juga diselenggarakan di area pasar ini. Bagi kamu yang ingin menyaksikan segala pertunjukkan bernuansa Tiongkok bisa datang pada saat Imlek.
  • Belajar Sejarah Solo
    Pasar Gede merupakan pasar tertua di Solo, berbagai sejarah tercatat di pasar yang mengangkat gaya Eropa – Jawa pada arsitekturnya. Kamu juga bisa belajar sejarah tentang bagaimana perkembangan pasar ini dari awal berdiri hingga sekarang dan melihat beberapa perkembangan dan perubahan dari segi bangunan, serta nilai-nilai spiritual yang ada di Pasar Gede.

Lokasi dan Akses Menuju Pasar Gede

Pasar Gede berada di Jl. Urip Sumoharjo, Jebres, Solo, Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di depan Balaikota Solo menjadikan tempat ini mudah diakses dari manapun. Dari stasiun maupun terminal, kamu bisa mencapai pasar ini dengan naik Batik Solo Trans (BST) dan turun di Halte Balaikota. Selain itu kamu bisa mencapainya dengan taksi maupun becak.

Tempat Wisata dan Lokasi Asyik di Sekitar Pasar Gede

  • Pecinan Solo
    Pasar Gede berada satu kompleks dengan kawasan Pecinan Solo. Segala aktivitas yang berbau Tiongoa kerap dilaksanakan di sini. Bahkan Kelurahan Sosrowijayan juga tengah disulap menjadi Kampung Tiongkok dengan berbagai macar pernak pernik khas Tiongkok. Usai berbelanja makanan di pasar, kamu bisa melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi Klenteng tertua di Solo, Klenteng Tien Kok Sie. Jika kamu datang pada saat Imlek, suasana akan semakin meriah dengan lampion merah yang menghiasi seluruh penjuru.
  • Benteng Vastenburg
    Tak jauh dari Pasar Gede, tepatnya di daerah Gladak, terdapat sebuah benteng pertahanan peninggalan pemerintahan kolonial Belanda bernama Benteng Vastenburg. Kini benteng berbentuk bujur sangkar dengan selekta atau bastion di ujung-ujungnya ini kerap dijadikan sebagai lokasi pertunjukan seni budaya Kota Solo. Sembari menonton acara yang ada di sana, kamu juga bisa belajar sejarah tentang Benteng Vastenburg.
  • Pusat Grosir Solo (PGS) dan Beteng Trade Center (BTC)
    PGS dan BTC merupakan tempat berburu fashion lengkap dengan harga terjangkau di Solo. Hanya beberapa meter dari Pasar Gede, kamu bisa membeli oleh-oleh seperti kain batik, kebaya, atau kaos oblong Solo. Harga di tempat ini cukup kompetitif dan dijamin sesuai dengan kantong traveler. Jika kamu ingin mendapatkan barang yang kamu inginkan dengan harga minimal, maka kamu harus pandai menawar. Tetapi jika kamu tak memiliki keahlian menawar, tak perlu kuatir! Harga barang di sini masih sesuai dengan dompet traveler.
Suasana Pasar Gede, Solo
Kendaraan sedang melintas di kawasan Pasar Gede, Solo. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)
Hiasan Imlek di Pasar Gede, Solo
Suasana Imlek di Pasar Gede, Solo. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)
Tugu & Lampion di Pasar Gede, Solo
Dekorasi lampion berwarna merah memenuhi langit-langit Bundaran Jam, Pasar Gede, Solo ketika perayaan Imlek berlangsung. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)
Kirab HUT Pasar Gede, Solo
Paguyuban Pedagang Pasar Gede membawa nasi tumpeng saat mengikuti kirab dalam rangka HUT Pasar Gede ke-85 di Pasar Gede, Solo. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)
Aktifitas Pasar Gede, Solo
Suasana aktivitas jual beli di Pasar Gede, Solo. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)
Pasar Gede, Solo
Pasar Gede, Solo. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)
Sumber Ibda Fikrina Abda
Journalist, writer, traveler, and dreamer.

Candi Cetho, Dekapan Magis Lereng Gunung Lawu


  • Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah


Candi Cetho
Seorang pengunjung sedang berdiri di pintu utama Candi Cetho. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
    
Sinar mentari turun menembus celah kabut yang membalut Candi Cetho. Di puncak bukit, deretan punden berundak berselimut aroma dupa mencipta suasana magis. Candi Cetho menyimpan cerita figur Sumeria dan kesakralan tempat pemujaan para dewa.
Gambar burung garuda yang melambangkan kendaraan Dewa Wisnu ditemukan di halaman candi menunjukkan Candi Cetho dibangun sekitar abad ke-15 di akhir masa kejayaan kerajaan Majapahit. Kompleks Candi ini pertama kali ditemukan oleh seorang arkeolog Belanda Van der Vlis pada tahun 1842. Candi ini sebenarnya merupakan bangunan candi yang terdiri dari 14 teras yang berunduk membentang dari barat ke timur, namun setelah dilakukan pemugaran hanya tersisa 9 teras saja.
Menaiki halaman berikutnya, kamu bisa melihat bentuk candi punden berundak yang dihiasi arca-arca disetiap halaman dan patung seorang Sumeria sebelum menuju bangunan utama menunjukkan keunikan Candi Cetho. Seperti halnya Candi Sukuh yang terletak tidak jauh dari Candi Cetho, candi ini memiliki bentuk arsitektur yang lebih mirip dengan Candi dari peradaban suku Maya di Meksiko dan suku Inca di Peru.
Dari kompleks Candi Cetho kamu bisa melihat bentang alam perkebunan the dengan latar belakang gunung Merapi dan Merbabu. Berada di ketinggian 1496 meter diatas permukaan laut membuat suasana terasa dingin, ditambah kabut tipis perlahan turun bersama tetesan gerimis menciptakan suasana tenang. Bebauan dupa yang tertiup angin lembah menembus tiang tiang pendopo akan membawa kamu berada pada kehidupan masa silam.
Di atas pendopo terdapat sebuah ruangan yang digunakan untuk sembahyang, di depan pintu berdiri dua buah arca batu dengan tulusan Jawa menunjukkan tahun dibangunnya Candi Cetho. Menuju teras selanjutnya, sebuah bangunan terbuat dari kayu merupakan tempat penyimpanan pusaka Empu Supa. Seorang pembuat senjata pusaka yang terkenal dan dihormati pada masa hidupnya.
Pada puncak kompleks candi, kamu akan melihat bangunan tanpa atap berdinding batu setinggi 1,60 meter. Bangunan utama Candi Cetho yang menghadap ke puncak gunung mencerminkan keyakinan bahwa kekeramatan Candi merupakan bagian dari alam sekitar, tempat bersemayamnya para dewa.

Halaman Candi Cetho
Gambar burung garuda di halaman Candi Cetho. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)

Aktivitas Yang Bisa Dilakukan di Candi Cetho

  • Wisata Budaya, Sejarah dan Religi
    Meski berada di atas lereng gunung Lawu, candi ini masih digunakan sebagai tempat sembahyang para umat Hindu Jawa. Saat berkunjung ke Candi ini kamu bisa melihat kisah-kisah leluhur nusantara yang menaklukkan seorang Sumeria seperti yang tergampar pada patung berperawakan Sumeria di komplek Candi. Jika ingin mendapatkan kisah menarik seputar Candi Cetho, kamu bisa bertanya kepada penggelola kawasan Candi ini.
  • Candi Cetho Sunset
    Buat kamu yang merasa penikmat senja, kamu wajib menikmati sunset dari atas kompleks Candi Cetho. Sinar mentari yang turun menyelip dari celah gerbang Candi menjadikan pemandangan yang indah. Semburat jingga tergantikan oleh gelapnya malam dan sesekali aroma dupa tercium membuat suasana mistis. Jika kamu beruntung samar-samar gunung Merapi dan gunung Merbabu memperlihatkan kegagahannya.
  • Memetik Pucuk Teh
    Komplek Candi Cetho berada di sekitar perkebunan teh lereng gunung Lawu. Setelah puas menikmati kisah-kisah menarik dari relief candi, kamu bisa berbaur bersama para petani perkebunan teh Ngargoyoso. Kamu juga bisa merasakan teh Kemuning di Rumah Teh Ndoro Dongker, menikmati sejuknya udara perkebunan sambil menyeruput hanyatnya teh.
  • Hunting Foto
    Keindahan panorama perbukitan lereng gunung Lawu sayang jika dilewatkan, kamu bisa mengabadikan momen ini bersama teman atau pasangan. Berfoto dicelah hamparan kebun teh dengan latar belakang perbukitan lereng Lawu akan menjadi pengalaman tersendiri.

Lokasi dan Akses Menuju Candi Cetho

Secara administratif Candi Cetho terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kompleks Candi Cetho terletak di lereng gunung Lawu, dari jalur Solo-Karanganyar-Tawangmangu kamu akan mendapati plang ke arah kiri, cukup mengikuti plang penunjuk arah kamu akan melewati hamparan perkebunan teh sebelum sampai di kompleks Candi Cetho. Berhubung tidak ada tidak ada angkutan umum yang melayani trayek hingga kompleks candi, maka lebih baik kamu membawa kendaraan sendiri.

Harga Tiket Candi Cetho

  • Tiket masuk: Rp 7.000
  • Parkir motor: Rp 2.000
  • Parkir mobil: Rp 5.000

Tempat Wisata dan Lokasi Menarik di Sekitar Candi Cetho

  • Candi Sukuh
    Candi Sukuh teletak tidak jauh dari Candi Cetho, Candi Sukuh banyak terdapat arca dan patung beraroma erotis sebagai symbol kesuburan. Struktur Candi Sukuh berbeda dengan candi lain di Indonesia, struktur bangunan lebih mirip dengan suku Maya di Meksiko dan suku Inca di Peru. Lokasinya yang berada di ketinggian membuat panorama nan indah memanjakan mata. Siapapun betah berlama-lama untuk duduk menikmati semilir angina.
  • Taman Hutan Raya
    Lokasi Taman Hutan Raya berada 500 meter di atas kompleks Candi Sukuh sangat cocok untuk wisata keluarga, picnic party menikmati bekal makanan yang kamu bawa dari rumah sambil berfoto bersama. Di kawasan taman terdapat sebuah vila dan lapangan, buat kalian mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kampus, lokasi ini cocok untuk mengadakan makrab.
  • Air Terjun Jumog
    Air Terjun Jumog terdapat di kecamatan Ngargoyoso satu arah menuju kompleks Candi Sukuh. Riak air yang jatuh dari atas tebing ini mengalir di sebuah sungai kecil berbatu, kamu bisa duduk di atas bebatuan merasakan titik embun yang terbawa angin. Di sekitar Air Terjun Jumog kamu akan di manjakan dengan panorama hijau khas pegunungan yang indah yang menyejukkan hati.
  • Kebun The Kemuning
    Jika kamu yang berdomisili di kota Yogyakarta dan Jawa Tengah ingin menikmati sejuknya udara perkebunan teh tidak perlu jauh-jauh pergi ke puncak Bogor. Di tempat ini kamu bisa terbang tandem bersama penggiat olahraga aero sport paralayang, melepaskan pandang hamparan perkebunan teh Desa Segoro Gunung Kemuning. Menikmati pagi dengan secangkir teh khas Kemuning merupakan pembuka hari yang sempurna.

Candi Cetho
Wisatawan mengamati bangunan utama Candi. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Relief Candi Cetho
Salah satu detail relief di Candi Cetho. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Komplek Candi Cetho
Suasana bangunan penyimpanan pusaka empu Supa. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Candi Cetho
Wisatawan sedang mengamati bangunan di komplek Candi Cetho. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Candi Cetho
Wisatawan berjalan di antara pendopo Candi Cetho. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Candi Cetho
Wisatawan berfoto di salah satu gapura kompleks candi. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Candi Cetho
Panorama Candi Cetho dari atas bukit. (Hendra Nurdiyansyah/Maioloo.com)
Sumber Hendra Nurdiyansyah
I'm a photojournalist and travel enthusiast.